Bacaan Doa Akhir Tahun Dan Doa Awal Tahun Islam Sekolahnesia

Bacaan Doa Akhir Tahun dan Doa Awal Tahun Islam

Doa Akhir Tahun dan Doa Awal Tahun – Saat berganti tahun sebenarnya tidak hanya dirayakan dengan penuh sukacita. Bagi umat muslim, saat pergantian tahun adalah saat untuk muhasabah diri dan memanjatkan bacaan doa akhir tahun dan doa awal tahun Islam. Tidak hanya pergantian tahun, Rasulullah bahkan mengajarkan umatnya agar berdoa setiap kali melihat hilal atau pergantian bulan.

Tujuan dari dipanjatkannya doa adalah agar kita selalu ingat kepada Allah yang menciptakan. Di saat itu pula kita bisa muhasabah diri akan apa saja yang sudah kita lakukan selama satu bulan ataupun satu tahun tertentu. Namun, tahukah Anda seperti apa doa yang dipanjatkan saat pergantian tahun dan pergantian bulan dan bagaimana sejarah penanggalan tahun Islam? Berikut ulasannya.

Apa yang Bisa Dilakukan Saat Pergantian Tahun atau Bulan?

Apa Yang Bisa Dilakukan Saat Pergantian Tahun Atau Bulan?

Saat memasuki awal pergantian tahun ataupun bulan, hal terbaik yang sebenarnya bisa kita lakukan adalah dengan memuhasabi diri. Kita memeriksa amalan-amalan baik apa saja yang berhasil ditunaikan selama satu tahun ataupun satu bulan penuh tersebut.

Apabila kita mendapati bahwa amalan baik kita meningkat ketimbang masa sebelumnya, maka insya Allah kita telah beruntung. Namun apabila kita mendapati justru amalan baik berkurang dan tergantikan dengan amalan jahat atau sia-sia, maka sungguh merugilah kita.

Sebenarnya memuhasabahi diri ini tidak hanya dapat dilakukan saat pergantian tahun ataupun bulan, namun setiap pergantian hari. Bahkan, sahabat mulia Umar bin Khattab radiallahu anhu sangat menyarankan manusia untuk menghisab dirinya sendiri sebelum dihisab di hari akhir. Beliau menyarankan untuk kita menimbang amal sebelum ditimbang dan menghias diri sebelum menghadap hari yang agung.

Fungsi dari memuhasabah diri adalah agar setiap manusia memahami apa saja kelemahan yang ia miliki. Kesalahan atau dosa apa yang telah ia perbuat dengan harapan agar dapat diperbaiki di waktu mendatang. Dengan begitu, evaluasi yang dilakukan terus-menerus ini akan menjadi pembuka kebaikan bagi seseorang.

Selain menghisab atau memuhasabahi diri, hal yang bisa Anda lakukan saat pergantian tahun ataupun bulan adalah memanjatkan bacaan doa akhir tahun dan doa awal tahun Islam. Anda bisa berdoa sendiri dari rumah agar diberikan kebaikan ke depannya. Tentu harus dipanjatkan dengan sungguh-sungguh dan penuh pengharapan. Bagi Anda yang belum tahu doanya berikut adalah doa yang bisa dipanjatkan.

Bacaan Doa Akhir Tahun dan Doa Awal Tahun Islam

Bacaan Doa Akhir Tahun Dan Doa Awal Tahun Islam

1. Doa Akhir Tahun

Dalam kalender Hijriah yang merupakan tahun bersama umat muslim, penetapan akhir tahun terjadi pada Bulan Dzulhijah. Sehingga, pada akhir bulan Dzulhijah inilah kaum muslim akan memasuki tahun yang baru yaitu bulan Muharam. Masuknya tahun Hijriah ke tahun yang yang baru ditandai dengan tampaknya hilal di langit yang memang menjadi ciri khas dari pergantian bulan di Arab.

Ketika memasuki akhir tahun, Anda bisa memanjatkan doa di akhir tahun ini agar Allah menghapuskan semua dosa-dosa, baik itu yang disengaja maupun tidak selama satu tahun yang lalu. Dan kaum muslim bisa berdoa agar mereka diberikan kebaikan baik itu kebaikan dari segi rezeki, kesehatan maupun kebaikan peningkatan amaliyah dan juga keimanan di tahun yang selanjutnya.

Berikut adalah salah satu contoh doa yang banyak dibaca kaum muslimin di negeri ini,

اَللَّهُمَّ مَا عَمِلْتُ مِنْ عَمَلٍ فِي هَذِهِ السَّنَةِ مَا نَهَيْتَنِي عَنْهُ وَلَمْ أَتُبْ مِنْه وَحَلُمْتَ فِيْها عَلَيَّ بِفَضْلِكَ بَعْدَ قُدْرَتِكَ عَلَى عُقُوبَتِي وَدَعَوْتَنِي إِلَى التَّوْبَةِ مِنْ بَعْدِ جَرَاءَتِي عَلَى مَعْصِيَتِكَ فَإِنِّي اسْتَغْفَرْتُكَ فَاغْفِرْلِي وَمَا عَمِلْتُ فِيْهَا مِمَّا تَرْضَى وَوَعَدْتَّنِي عَلَيْهِ الثّوَابَ فَأَسْئَلُكَ أَنْ تَتَقَبَّلَ مِنِّي وَلَا تَقْطَعْ رَجَائِ مِنْكَ يَا كَرِيْمُ

Allâhumma mâ ‘amiltu min ‘amalin fî hâdzihis sanati mâ nahaitanî ‘anhu, wa lam atub minhu, wa hamalta fîhâ ‘alayya bi fadhlika ba‘da qudratika ‘alâ ‘uqûbatî, wa da‘autanî ilat taubati min ba‘di jarâ’atî ‘alâ ma‘shiyatik. Fa innî astaghfiruka, faghfirlî wa mâ ‘amiltu fîhâ mimmâ tardhâ, wa wa‘attanî ‘alaihits tsawâba, fa’as’aluka an tataqabbala minnî wa lâ taqtha‘ rajâ’î minka yâ karîm.

Artinya, “Tuhanku, aku meminta ampun atas perbuatanku di tahun ini yang termasuk Kau larang-sementara aku belum sempat bertobat, perbuatanku yang Kau maklumi karena kemurahan-Mu-sementara Kau mampu menyiksaku, dan perbuatan (dosa) yang Kau perintahkan untuk tobat-sementara aku menerjangnya yang berarti mendurhakai-Mu. Karenanya aku memohon ampun kepada-Mu. Ampunilah aku.

2. Doa Awal Tahun

Awal tahun dalam penanggalan tahun Hijriah ditandai dengan masuknya bulan Muharam. Anda bisa melihat pergantian bulan dari Dzulhijah ke Muharam dengan melihat hilal yang tampak di langit. Bulan Muharam sendiri, sejak sebelum kedatangan Islam, memang sudah sering digunakan oleh masyarakat Arab sebagai penanggalan bulan pertama.

Ketika sudah tampak hilal di akhir bulan Dzulhijah, artinya Anda sudah resmi memasuki bulan Muharam dan bergantilah tahun Hijriah. Patut dipahami bahwa dalam Islam bergantinya suatu hari memasuki hari berikutnya tidak ditandai dengan jam 12 malam seperti pada penanggalan hari di tahun Masehi atau yang lazim kita gunakan hari ini.

Dalam Islam, masuknya seseorang ke hari yang baru ditandai pada tenggelamnya matahari atau lebih tepatnya saat azan Maghrib telah berkumandang. Saat azan Maghrib berkumandang, maka kaum muslim telah resmi memasuki hari yang baru, termasuk dalam hal ini bulan dan tahun yang baru pada 1 Muharam.

Jika Anda ingin membaca doa di awal tahun Hijriah, berikut adalah doa yang memang banyak dibaca oleh kaum muslimin di negeri ini.

اَللَّهُمَّ أَنْتَ الأَبَدِيُّ القَدِيمُ الأَوَّلُ وَعَلَى فَضْلِكَ العَظِيْمِ وَكَرِيْمِ جُوْدِكَ المُعَوَّلُ، وَهَذَا عَامٌ جَدِيْدٌ قَدْ أَقْبَلَ، أَسْأَلُكَ العِصْمَةَ فِيْهِ مِنَ الشَّيْطَانِ وَأَوْلِيَائِه، وَالعَوْنَ عَلَى هَذِهِ النَّفْسِ الأَمَّارَةِ بِالسُّوْءِ، وَالاِشْتِغَالَ بِمَا يُقَرِّبُنِيْ إِلَيْكَ زُلْفَى يَا ذَا الجَلَالِ وَالإِكْرَامِ

Allâhumma antal abadiyyul qadîmul awwal. Wa ‘alâ fadhlikal ‘azhîmi wa karîmi jûdikal mu‘awwal. Hâdzâ ‘âmun jadîdun qad aqbal. As’alukal ‘ishmata fîhi minas syaithâni wa auliyâ’ih, wal ‘auna ‘alâ hâdzihin nafsil ammârati bis sû’I, wal isytighâla bimâ yuqarribunî ilaika zulfâ, yâ dzal jalâli wal ikrâm.

Artinya, “Tuhanku, Kau yang Abadi, Qadim, dan Awal. Atas karunia-Mu yang besar dan kemurahan-Mu yang mulia, Kau menjadi pintu harapan. Tahun baru ini sudah tiba. Aku berlindung kepada-Mu dari bujukan Iblis dan para walinya di tahun ini. Aku pun mengharap pertolongan-Mu dalam mengatasi nafsu yang kerap mendorongku berlaku jahat. Kepada-Mu, aku memohon bimbingan agar aktivitas keseharian mendekatkanku pada rahmat-Mu. Wahai Tuhan Pemilik Kebesaran dan Kemuliaan.”

Kapan Waktu untuk Membaca Doa Tersebut?

Kapan Waktu Untuk Membaca Doa Tersebut?

Patut Anda pahami sebelumnya bahwa doa yang dibaca di atas bukanlah doa yang dicontohkan langsung oleh Baginda Rasulullah Muhammad shalallahu alaihi wa salam. Doa tersebut juga tidak berasal dari para sahabat beliau yang mulia. Oleh karenanya, tidak ada ketentuan dan ketetapan khusus mengenai kapan waktu yang tepat dalam membaca doa tersebut.

Anda bisa membaca doa tersebut setelah sholat. Memilih waktu setelah sholat untuk berdoa merupakan salah satu waktu mustajab karena Rasulullah shalallahu alaihi wa salam memang menganjurkannya dalam sebuah hadist. Setelah selesai sholat, Anda dapat membaca bacaan tasbih yakni subhanallah, kemudian membaca bacaan tahmid atau pujian kepada Allah berupa alhamdulillah dan takbir yaitu Allahu Akbar.

Selanjutnya kaum muslimin bisa menambahkannya dengan zikir yang sering dicontohkan Rasulullah dan membaca ayat kursi satu kali secara lirih. Setelah ayat Kursi bisa dilanjutkan dengan membaca surat Al Falaq dan Annas. Masing-masing satu kali saja. Anda kemudian bisa menambahkan doanya sesuai dengan yang Anda kehendaki.

Salah satu doa yang bisa Anda tambahkan adalah bacaan doa akhir tahun dan doa awal tahun Islam apabila memang bertepatan dengan akhir tahun serta memasuki awal tahun Hijriyah. Dengan membaca seluruh dzikir dan doa setelah sholat, artinya Anda terus mengingat Allah baik dalam sholat dan di luarnya.

Namun, apakah hanya setelah selesai sholat bisa membaca bacaan doa akhir tahun dan doa awal tahun Islam? Tidak juga karena seperti yang ditulis sebelumnya bahwa doa ini memang tidak dituntun langsung oleh Rasulullah shalallahu alaihi wa salam. Sehingga pelaksanaannya mengikuti individunya saja. Bacaannya juga tidak harus persis seperti di atas sesuaikan dengan yang Anda kehendaki kebaikannya.

Adakah Doa Pergantian Waktu yang Pernah Diajarkan Rasulullah shalallahu alaihi wa salam?

Adakah Doa Pergantian Waktu Yang Pernah Diajarkan Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Salam?

Meski Rasulullah shalallahu alaihi wa salam memang tidak pernah mencontohkan secara langsung doa pergantian tahun, karena memang memiliki alasan sejarah yang kuat (akan dibahas selanjutnya insya Allah), namun Rasulullah pernah mencontohkan doa ketika memasuki awal bulan. Doa ini dibaca ketika melihat hilal yang memang menjadi pertanda masuknya bulan baru.

Bacaan doa ini dapat dibaca ketika memasuki bulan manapun, tidak hanya terkhusus bulan Muharam, bulan Syawal maupun Ramadhan. Berikut bacaan doanya:

Allahu akbar. Allahumma ahillahu ‘alainaa bil-amni wal-iimaan was-salaamati wal-islaami wat-taufiiqi limaa yuhibbu rabbunaa wa yardhaa. Rabunaa wa rabbukallaahu.

“Allah Maha Besar, ya Allah, tampakkan hilal (bulan tanggal satu) itu kepada kami dengan membawa keamanan, keimanan, keselamatan dan Islam, serta taufik untuk menjalankan apa yang Engkau cintai dan Engkau ridhai. Rabbku dan Rabbmu (wahai bulan sabit) adalah Allah.”

Doa ini sesuai dengan yang hadist dari Ibnu Umar radiallahu anhu bahwa ketika Rasulullah shalallahu alaihi wa salam melihat hilal yang menjadi pertanda bulan baru maka beli mengucapkan doa seperti yang tertulis di atas. Hadist ini juga sudah dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albani di dalam kitabnya Shahih Al-Kalimith Thayyib nomor 162. Hadist ini diriwayatkan melalui Ad-Darimi serta At-Tirmidzi.

Keutamaan Doa Akhir Tahun dan Awal Tahun

Keutamaan Doa Akhir Tahun Dan Awal Tahun

Karena doa ini memang diajarkan langsung oleh Rasulullah shalallahu alaihi wa salam, maka doa ini adalah doa yang sangat dianjurkan untuk dibaca. Anda pun dapat membaca doa ini tatkala sedang memasuki pergantian tahun Hijriyah. Hal ini dikarenakan sifat doa ini adalah doa yang dibaca saat munculnya al-hilal sehingga memasuki tahun yang baru juga menjadi pertanda terlihatnya hilal di bulan Muharam.

Doa ini memiliki makna berupa pengharapan agar tatkala hilal terbit dan disaksikan oleh kita maka kemunculannya diiringi oleh keimanan dan keamanan yang ada di kaum muslimin. Mengingat iman dan adanya rasa aman merupakan hal penting maka kalimat ini menjadi kalimat pertama yang diucapkan. Kemudian Rasulullah shalallahu alaihi wa salam melanjutkannya dengan kalimat Islam dan keselamatan.

Kalimat permintaan keamanan dan keselamatan dari Allah ini merupakan bentuk pengharapan agar dihindarkan dari segala marabahaya dan agar selalu dilindungi. Sementara kalimat iman dan islam dipanjatkan agar diperolehnya manfaat dalam kondisi kita memiliki iman dan islam. Karena iman dan islam merupakan berkah terbaik dalam hidup ini.

Kemudian Rasulullah shalallahu alaihi wa salam juga mengucapkan kalimat Rabbku serta Rabbmu adalah Allah. Kalimat ini adalah kalimat penegasan bahwa Rabb semesta alam, Rabb saya dan Rabb Anda adalah Allah. Ini bermakna ketauhidan atau mengesakan Rabb semesta alam. Bahwa hanya Allah-lah satu-satunya Rabb, Pemilik, Pencipta, Pengatur alam semesta dan segala isinya.

Karena hanya Allah-lah satu-satunya Rabb semesta alam yang telah menciptakan, mengatur dan yang paling berkuasa, maka hanya kepada Allahlah kita sepantasnya untuk menyebah dan merendahkan diri. Di sini juga terkandung makna bahwa hanya Allah yang mengatur peredaran hilal, maka tatkala kita melihat hilal sudah sepantasnya memanjatkan doa kepada Allah yang mengaturnya.

Anda dapat membaca doa ini tepatnya saat melihat hilal di langit. Termasuk ketika memasuki tahun Hijriah yang baru karena memang masuknya tahun Hijriah yang baru tentu ditandai dengan munculnya hilal. Selain itu, Anda juga dapat membaca doa ini tatkala mendengar telah terlihatnya hilal dari orang lain yang dapat dipercaya. Hal ini dikarenakan tidak semua orang paham dan dapat melihat hilal di langit.

Sejarah Penanggalan Tahun Hijriah

Sejarah Penanggalan Tahun Hijriah

Untuk melengkapi khazanah pengetahuan dan ensiklopedia Islam Anda, rasanya tidak puas jika kita tidak membahas hingga ke sejarah penanggalan tahun Hijriah. Jika kia menilik sejarah penanggalan tahun Hijriah bisa kita dapati adanya suatu fakta yang menarik terkait sejarah perkembangan Islam dan bagaimana kondisi tanah Arab sebelum masuknya Islam.

Ada satu fakta yang harus Anda pahami terkait penanggalan tahun pertama Hijriah. Tahun pertama Hijriah ini ditandai sejak tahun dimana Rasulullah shalallahu alaihi wa salam dan para sahabatnya hijrah dari Mekah menuju Madinah yang diberkahi.

Jika mendasarkan dari penanggalan Masehi, maka hijrahnya Rasulullah ini terjadi di Bulan Juni tahun 622 M. Sementara kita belum bisa menuliskan kejadian hijrah ini menurut tahun Hijriah karena memang baru ditetapkan tahun penanggalannya saat pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab radiallahu anhu. Lantas, bagaimanakah masyarakat Arab terdahulu menandai hari mereka?

Masyarakat Arab sebenarnya dari sejak sebelum kedatangan Islam telah mengenal sistem penangalan Qamariyah yang berdasarkan pada melihat peredaran bulan. Kalender ini mendasarkan pergantian bulan kalender dari munculnya hilal. Nama bulan kalender yang mereka gunakan juga sama dengan yang diadopsi hari ini. Yang belum mereka gunakan hanyalah sistem perhitungan tahunnya.

Dari 12 bulan yang ada di sistem penanggalan masyarakat Arab, ada 4 bulan suci atau haram di dalamnya untuk berperang, yakni bulan Rajab, Dzulqa’adah, Dzulhijah serta bulan Muharam. Uniknya, meski telah mengenal sistem bulan qamariyah, masyarakat Arab tidak memiliki sistem penanggalan tahun. Acuan tahun yang mereka gunakan didasarkan dari kejadian-kejadian yang terjadi di tahun itu.

Contohnya adalah tahun Gajah. Penamaan tahun gajah disebabkan adanya serangan tentara gajah dari Yaman yang dipimpin oleh Rajanya yang zalim yakni Raja Abrahah. Tahun ini juga merupakan tahun lahirnya Rasulullah shalallahu alaihi wa salam. Mereka juga memiliki tahun Fijar karena pada tahun tersebut terjadi peperangan Fijar. Terkadang mereka menggunakan kematian tokoh untuk acuan tahun.

Penandaan tahun yang menggunakan peristiwa besar ini terus berlangsung hingga pada masa Rasulullah shalallahu alaihi wa salam memimpin di Madinah dan kemudian digantikan oleh Khalifah Abu Bakar ash-Shidiq. Ada beberapa tahun yang kemudian dinamai berdasarkan kejadian-kejadian tertentu seperti:

  1. Tahun perintah atau sanatul amri: Tahun ini disebut sebagai tahun perintah karena pada tahun ini diturunkannya perintah dari Allah untuk memerangi orang musyrik.
  2. Tahun zilzal atau juga dikenal sebagai tahun ujian yang sangat berat: Pada tahun ini kaum muslimin yang tinggal di Madinah mengalami ujian yang sangat berat yang diakibatkan oleh terjadinya perang Khandaq atau perang Ahzab. Perang ini menyebabkan terjadinya krisis pangan, ekonomi dan masalah keamanan yang bertubi-tubi.
  3. Tahun izin atau tahun sanatul idzni: Pada tahun ini Allah menurunkan izinnya kepada kaum muslimin untuk dapat berhijrah dari Mekah ke Madinah. Hijrahnya kaum muslimin ini menjadi penanda berdirinya Daulah Islam yang berdaulat di tanah Madinah yang diberkahi.
  4. Tahun tamhish atau tahun diampuninya dosa: Tahun ini disebut dengan tahun ampunan dosa setelah turunnya ayat Allah surat Ali Imran ayat 141. Turunnya ayat 141 surat Ali Imran merupakan ayat yang menjadi penjelasan mengenai diampuninya dosa para sahabat akibat kelalaian mereka saat Perang Uhud yang memang menyebabkan kerugian besar di pihak kaum muslimin.

Sistem penanggalan tahun seperti ini terus digunakan hingga dibuatlah suatu “inovasi” atau suatu gebrakan di masa Khalifah Umar bin Khattab radiallahu anhu.

Dimulainya Sistem Penanggalan Tahun Hijriah yang Pertama

Dimulainya Sistem Penanggalan Tahun Hijriah Yang Pertama

Hingga pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab radiallahu anhu tepatnya pada tahun ketiga beliau memerintah, terjadi sedikit masalah atau kebingungan di kalangan kaum muslimin mengenai tahun. Hal ini ditandai dengan dikirimnya surat dari gubernur Bashrah saat itu yakni Abu Musa al-Asy’ari radiallahu anhu mengenai surat yang dikirim oleh khalifah Umar bin Khattab radiallahu anhu.

Surat tersebut kurang lebih berisi bahwa telah datangnya surat kepada Abu Musa al-Asy’ari radiallahu anhu dari khalifah Umar bin Khattab radiallahu anhu. Di surat ini tertera bahwa tertulis di bulan Sya’ban. Namun Abu Musa al-Asy’ari radiallahu anhu mengaku bingung apakah bulan Sya’ban yang dimaksud adalah tahun ini ataukah tahun yang lalu.

Kebingungan ini wajar apabila kita mengingat bahwa saat itu pemerintaha Islam sudah sangat luas dan pengantaran informasi hanya melalui surat yang dikirim oleh seseorang. Sementara jarak yang harus ditempuh sangatlah jauh dan bisa memakan waktu berbulan-bulan lamanya. Sehingga Abu Musa al-Asy’ari radiallahu anhu pun mengirimkan surat untuk memastikan kapankah tahun surat tersebut ditulis.

Hal ini mendorong Khalifah Umar bin Khattab radiallahu anhu untuk mengumpulkan para sahabat yang lain untuk berdiskusi. Beliau meminta saran para sahabat agar mereka menetapkan tahun bagi masyarakat agar dapat dijadikan sebagai acuan yang jelas dan mudah.

Beberapa usulan yang muncul pada masa itu adalah:

  1. Menggunakan tahun bangsanya Romawi. Usulan ini tidak disetujui karena tahun bangsa Romawi sudah sangatlah tua. Tahunnya bangsa Romawi sudah dihitung sejak zaman pemerintahan Raja Dzul Qornain.
  2. Ali bin Abi Thalib mengusulkan untuk menetapkan tahun pertama kaum muslim sejak hijrahnya Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa salam dari Mekah ke Madinah. Dari negeri yang syirik menuju negeri Islam. Usulan ini pun diterima oleh para sahabat.

Sebenarnya, selain tahun hijrahnya beliau, ada 3 opsi lain yang ingin dipilih sahabat sebagai tahun pertama Hijriah. Opsi lain tersebut yakni tahun ketika beliau lahir, tahun saat beliau diutus sebagai Nabi dan Rasul serta tahun ketika beliau wafat. Usulan pertama dan kedua tidak bisa diterima karena memang terdapat perdebatan di antara para sahabat mengenai tahunnya yang tepat.

Sementara usulan ketiga, yakni ketika beliau shalallahu alaihi wa salam wafat akan menimbulkan kesedihan mendalam bagi kaum muslimin. Maka akhirnya ditetapkanlah tahun saat beliau hijrah dari Mekah ke Madinah sebagai tahun pertama Hirjiah. Alasannya sangat mendalam karena pada tahun inilah Islam benar-benar tegak di muka bumi dan kalamullah ditinggikan.

Kalender Hijriah dinamakan demikian karena menggunakan momen hijrahnya Rasulullah dari Mekah ke Madinah. Setelah dicapainya kesepakatan mengenai tahun pertama penanggalan hijriah, maka para sahabat termasuk Khalifah Umar bin Khattab radiallahu anhu pun berdiskusi mengenai bulan apa yang menandai awal masuknya tahun Hijriah yang baru.

Usulan menggunakan bulan Muharam sebagai bulan pertama diusulkan oleh sahabat mulia Utsman bin Affan radiallahu anhu. Usulan beliau menggunakan bulan Muharam memiliki banyak alasan yang kuat seperti berikut ini:

  1. Menurut adat dan kebiasaan masyarakat Arab jahiliyah, bulan Muharam mereka gunakan sebagai bulan pertama dalam kalender mereka. Sehingga, meskipun mereka belum memiliki penanggalan tahun, namun mereka akan menghitung bulan Muharam sebagai penanda masuknya mereka ke tahun yang baru.
  2. Munculnya tekad dan keinginan untuk hijrah berpindah dari Mekah ke Madinah terjadi di bulan Muharam. Hal ini dikarenakan di bulan Dzulhijah para sahabat atau masyarakat dari Madinah datang menemui Rasulullah shalallahu alaihi wa salam untuk memberikan Baiat Aqabah yang kedua.
  3. Sebelum memasuki bulan Muharam, kaum muslimin baru saja menjalankan ibadah yang besar yakni beribadah haji ke tanah suci Mekah atau baitullah.

Akhirnya ditetapkanlah tahun pertama Hijriah yaitu pada saat hijrahnya kaum muslimin dari Mekah ke Madinah. Momentum besar hijrah ini pula yang menjadikan nama tahun Islam dikenal sebagai tahun Hijriah. Sementara bulan pertama adalah bulan Muharam.

Menyikapi Bacaan Doa Akhir Tahun dan Doa Awal Tahun Islam

Menyikapi Bacaan Doa Akhir Tahun Dan Doa Awal Tahun Islam

Melihat bahwa memang tidak adanya tuntunan membaca doa awal dan akhir tahun yang dicontohkan langsung oleh Rasulullah shalallahu alaihi wa salam, maka kita tidak boleh “memaksa” atau menetapkan doa yang seolah-olah mutlak menjadi doa akhir dan awal tahun Islam. Anda boleh menggunakan doa mana saja yang Anda kehendaki selama hal tersebut tidak menyalahi syariat Islam.

Berdoa sendiri sangat disukai oleh Allah atas hamba-hambanya. Karena doa menunjukkan kerendahan hati hambanya di hadapan Sang Pencipta. Selain contoh bacaan doa akhir tahun dan doa awal tahun Islam di atas, Anda juga bisa menjadikan doa melihat hilal sebagai doa saat memasuki tanggal 1 Muharam yang merupakan bulan dan tanggal pertama tahun Hijriah yang baru.

Memang bacaan doa akhir tahun dan doa awal tahun Islam sebenarnya tidak ada tuntunan yang pasti dari Rasulullah shalallahu alaihi wa salam ataupun para sahabat. Hal ini dikarenakan penetapan tahun 1 Hijriyah bahkan baru dilaksanakan di zaman pemerintahan sahabat mulia Umar bin Khattab radiallahu anhu.

Meski begitu, bukan berarti bahwa kita sebagai umat muslim dilarang untuk berdoa saat memasukin tanggal 1 Muharram yang memang sekaligus menandai awal tahun Hijriyah. Namun, karena tidak diajarkan langsung oleh Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa salam, sehingga doanya sebenarnya tidak mutlak harus seperti di atas. Anda bisa mengucapkan doa yang baik-baik di awal tahun lainnya kepada Allah.

Bacaan Doa Akhir Tahun dan Doa Awal Tahun Islam