Unsur Instrinsik Dan Ekstrinsik

Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik: Pengertian, Pembagian dan Fungsinya

Unsur Intrinsik Dan Ekstrinsik Pengertian Pembagian Dan Fungsinya Scaled

Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik – Secara umum, karya sastra biasanya dapat dikaji melalui dua pendekatan, yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Keduanya dikenal juga dengan sebutan elemen fiksi atau elemen sastra. Elemen ini juga yang akhirnya berfungsi sebagai pembangun struktur cerita dalam karya sastra.

Pengertian Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik

Pengertian Unsur Intrinsik Dan Ekstrinsik

Unsur atau biasa juga disebut dengan elemen atau struktur merupakan hal yang pasti dan harus ada dalam terbentuknya sesuatu. Termasuk umumnya pada bentuk cerita atau karya sastra. Kedua unsur ini nantinya punya peran besar dalam membentuk karya secara utuh.

Unsur intrinsik adalah elemen-elemen dalam karya sastra yang secara langsung membangun cerita dalam sebuah teks atau cerita. Unsur-unsur ini berada di dalam isi teks baik secara eksplisit maupun implisit.

Unsur ekstrinsik merupakan berbagai elemen pembangun cerita yang umumnya berasal dari luar sumber teks. Pembahasan mengenai unsur ekstrinsik dalam sebuah karya sastra biasanya akan banyak melibatkan informasi dan akhirnya unsur intrinsik dan ekstrinsik tetap saling berkaitan.

Unsur Intrinsik

Unsur Intrinsik

Kajian atau penelitian karya sastra tertentu mengenai unsur intrinsik biasanya disebut dengan pendekatan struktural. Pembahasan yang dilakukan pun lebih banyak berpusat pada struktur dalam cerita. Lalu apa saja struktur atau unsur intrinsik yang umum diketahui?

1. Tema

Secara singkat, tema adalah ide utama atau ide pokok yang ada dalam sebuah cerita. Bisa juga diartikan sebagai gagasan yang hendak disampaikan oleh si penulis kepada pembacanya. Tema bisa berupa satu kata yang mencakup keseluruhan ide cerita atau sebuah kalimat yang utuh.

Penentuan tema sebenarnya tidak memiliki acuan yang pasti. Karenanya semua penulis bisa bebas membangun tema sendiri sesuai dengan kreativitas. Hal ini juga bisa menyebabkan pembaca memiliki versi pemahaman teman yang juga berbeda beda.

Sebuah tema umumnya hadir secara implisit atau tersirat. Hal ini menyebabkan setiap pembaca harus memahami keseluruhan isi cerita untuk selanjutnya menyimpulkan apa tema dari bacaannya. Tapi tidak menutup kemungkinan juga sebuah tema ditulis secara langsung dan mudah dipahami.

2. Setting atau Latar

Setting atau latar dalam sebuah karya sastra hadir untuk menerangkan kapan, dimana dan bagaimana sebuah cerita berlangsung. Berdasar pada pendapat Burhan Nurgiyantoro setting dibagi dalam tiga jenis, yaitu:

a. Latar tempat

Latar tempat erat kaitannya dengan penggambaran ‘dimana’ lokasi sebuah cerita sedang berlangsung. Setiap cerita pasti membutuhkan satu tempat untuk para karakter bergerak, dan berkonflik. Contohnya bisa berupa Sekolah, Kota Metropolitan Jakarta, Kerajaan, dsb.

b. Latar waktu

Latar waktu dikaitkan dengan keterangan terkait ‘kapan’ sebuah cerita terjadi. Hal ini bisa berupa keterangan suatu masa, hari atau tahun tertentu. Bahkan latar waktu bisa dibuat lebih spesifik dengan menyebutkan waktu siang, pagi, malam, nama hari atau bahkan tanggal.

c. Latar sosial

Latar sosial merupakan kondisi sosial yang menjadi latar dalam sebuah cerita. Latar jenis ini meliputi keadaan masyarakat sekitar yang ditampilkan dalam cerita tersebut. Misalnya penyebutan langsung masyarakat pedesaan yang masih kental dengan adat istiadat.

Latar dalam sebuah cerita memegang peranan yang sangat penting. Hal ini disebabkan karena semua kisah pasti butuh waktu dan tempat tertentu untuk berlangsung dan juga lingkungan sosial yang akan sangat mempengaruhi cerita tersebut.

3. Plot atau Alur

Alur adalah jalan cerita yang ada dalam sebuah teks karangan. Dimulai dari pengenalan di bagian awal cerita hingga bagian akhir tanda cerita tamat. Biasanya alur juga di bagi dalam beberapa tahapan dalam cerita, yaitu:

  • Orientasi: Pengenalan awal cerita mengenai tokoh, setting, dan keadaan lingkungannya.
  • Rising Action: Konflik atau masalah dalam cerita mulai dimunculkan.
  • Klimaks : Cerita mencapai tahap puncak konflik atau masalah benar-benar besar sedang terjadi dalam cerita tersebut.
  • Anti Klimaks: Penyelesaian masalah perlahan oleh para karakter dalam cerita.
  • Resolusi: Cerita mencapai tahap akhir atau tamat dengan berbagai jenis simpulan cerita yang bergantung pada setiap pembacanya.

Di samping itu, bila dibagi dari segi konsep bercerita alur terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:

a. Alur Maju

Alur maju yaitu bentuk rangkaian atau jalan cerita yang bergerak maju secara berurutan. Misalnya dari masa sekarang menuju masa depan sebagai bagian akhir ceritanya.

b. Alur Mundur

Sesuai namanya, alur mundur adalah bentuk rangkaian atau jalan cerita yang bergerak mundur. Alur jenis ini umum dikenal dengan sebutan alur flashback karena arah cerita berlangsung atau bersumber dari masa lampau menuju saat ini.

c. Alur Campuran atau Alur Maju Mundur

Sedangkan alur campuran biasanya menggunakan dua jenis alur yang sudah disebutkan di atas dalam satu cerita yang sama. Misalnya, cerita bermula dengan rangkaian alur maju secara urut namun di pertengahan cerita berubah alur dengan menghadirkan flashback.

4. Tokoh

Tokoh merupakan pelaku atau dalam film banyak disebut aktor yang berfungsi menjalankan sebuah alur cerita. Setiap gerak gerik, pemikiran dan perasaannya menjadi hal yang penting dalam sebuah cerita. Berikut beberapa jenis tokoh:

  • Protagonis: Tokoh utama yang ada dalam cerita. Keberadaan tokoh ini sangat penting karena segala hal tentangnya bisa mempengaruhi isi cerita yang sedang berlangsung.
  • Antagonis: Tokoh yang dikenal sebagai kebalikan dari tokoh protagonis. Biasanya keberadaan tokoh ini berlawanan sifat dengan tokoh protagonis.
  • Tritagonis: Tokoh yang berada di antara protagonis dan antagonis atau biasa juga disebut tokoh penengah. Keberadaannya sering digunakan oleh penulis untuk melengkapi cerita.

Tokoh dalam sebuah karya sastra tentunya sangat penting keberadaannya. Karena setiap cerita pada dasarnya membutuhkan pelaku untuk keberlangsungan ceritanya. Perlu dipahami, pelaku tidak selalu berbentuk manusia tapi juga bisa berbentuk hewan atau bahkan benda mati.

5. Penokohan atau Karakterisasi

Karakterisasi adalah pemberian sifat khusus pada suatu karakter atau tokoh dalam cerita. Tentu saja karakterisasi melibatkan imajinasi fiksi dari penulisnya. Adanya karakterisasi juga membantu para pembaca untuk membedakan dan mengenal setiap tokoh yang ada.

Penokohan dalam sebuah cerita bisa dituliskan secara langsung lewat deskripsi khusus. Biasanya deskripsi yang dibuat memuat informasi terkait watak atau bahkan bentuk fisik suatu tokoh. Tentu saja setiap karakter memiliki karakterisasi yang berbeda beda.

6. Sudut Pandang

Sudut pandang dalam suatu karya biasanya diterapkan sebagai salah satu strategi pengarang dalam menyampaikan ceritanya. Hal juga bisa dikaitkan sebagai cara sebuah cerita diceritakan. Secara umum sudut pandang dibagi ke dalam tiga jenis:

a. Orang pertama pelaku utama

Sudut pandang orang pertama pelaku utama adalah sudut pandang dimana pengarang berperan sebagai tokoh utama dalam cerita. Biasanya sudut pandang jenis ini ditandai dengan penggunaan kata ganti aku atau saya.

b. Orang pertama pelaku sampingan

Sudut pandang orang pertama pelaku sampingan adalah cara pengarang tampil seakan sebagai tokoh utama. Namun sebenarnya ia adalah tokoh sampingan yang sengaja hadir dalam cerita.

c. Orang ketiga serba tahu

Sudut pandang ini merupakan strategi pengarang sebagai orang di luar cerita yang mengetahui segala hal. Termasuk pikiran para tokoh bahkan alur cerita hingga selesai. Sudut pandang jenis ini biasanya ditandai dengan penggunaan kata ganti dia.

d. Orang ketiga pengamat

Sedangkan sudut pandang orang ketiga pengamat hanya mengetahui para tokoh secara tampilan luar saja. Sudut pandang jenis ini juga biasanya menggunakan kata ganti dia. Namun bila ditinjau dari segi cerita, pembaca akan mudah mengidentifikasinya.

7. Gaya Bahasa

Gaya bahasa yang dimaksud adalah penggunaan diksi oleh penulis dalam menuturkan cerita karyanya. Bahasa yang digunakan dalam puisi biasanya berbeda dengan bentuk cerita biasa menyesuaikan dengan kebutuhan sesuai tema.

Setiap penulis tentu memiliki gaya bahasanya sendiri. Contohnya dalam deskripsi dalam paragraf setiap karya sastra yang dibentuknya. Tidak sedikit juga gaya bahasa yang digunakan berdampak pada banyaknya pemaknaan yang berbeda beda.

Penyesuaian gaya bahasa dengan bentuk karya sastra juga biasa dilakukan berdasar pada target pembaca. Misalnya gaya bahasa dalam dongeng anak cenderung lebih mudah dipahami bila dibanding dengan novel dengan batas umur remaja atau dewasa.

8. Amanat

Amanat merupakan pesan moral yang hendak disampaikan oleh pengarang melalui karyanya. Amanat bisa disajikan lewat tindakan para tokoh dalam cerita atau bahkan langsung dituliskan dalam bagian ceritanya.

Dalam sebuah karya sastra, amanat bukan sesuatu yang sangat penting untuk ada. Namun nyatanya setiap penulis ingin menyematkan maksud atau tujuan dari pembuatan karya sastranya sendiri. Lalu sebagai hasil baca yang baik maka amat tersebut bisa sampai.

Unsur Ekstrinsik

Unsur Ekstrinsik

Tetap saja pada akhirnya unsur intrinsik dan ekstrinsik saling berhubungan. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, unsur ekstrinsik banyak berhubungan dengan unsur di luar cerita. Artinya bukan lagi tema atau tokoh yang membangun cerita tapi juga unsur luar ikut berperan dalam hal ini.

1. Biografi dan Psikologi Pengarang

Kehidupan pengarang tentu akan mempengaruhi karya karyanya baik secara langsung ataupun tidak. Ia mungkin akan memasukkan beberapa pengalamannya sepanjang hidup ke dalam sebuah cerita yang ia tulis.

Biografi pengarang bisa meliputi; sifat, keluarga, pendidikan, lingkungan sosial, dll. Hal-hal tersebut bisa berdampak pada cara atau kemampuannya dalam membangun sebuah cerita  yang utuh.

Selain itu, keadaan psikologi seorang penulis juga dapat mempengaruhi pandangan atau pendapatnya atas suatu hal tertentu. Pandangan ini yang selanjutnya biasa disisipkan dalam suatu karya. Hal ini yang membuat para pembaca bisa mengenal ideologi dari masing-masing penulis.

2. Keadaan Sosial dan Budaya

Keadaan sosial dan budaya pada suatu era ternyata bisa mempengaruhi bentuk suatu karya. Keadaan sosial dan budaya sekitar penulislah yang akhirnya mengilhami jalan cerita yang dibentuk. Hal ini juga bisa diterapkan dalam bentuk tema atau sekedar latar tempat dalam ceritanya.

Pada dasarnya ilham untuk membentuk unsur intrinsik dan ekstrinsik oleh si penulis. Biasanya situasi sosial dan budaya si penulis jadi akar awal pengembangan ide karya. Ditulis jelas atau tersirat, unsur satu ini punya caranya sendiri untuk dituangkan dalam bentuk tulisan.

3. Keadaan Ekonomi dan Politik

Tidak hanya aspek sosial dan budaya, nyatanya aspek ekonomi dan politik pada masa hidup pengarang juga bisa mempengaruhi karyanya. Unsur ekstrinsik satu ini juga punya peluang besar untuk dituangkan dalam karya penulis.

Tidak serta merta langsung dituliskan biasanya kedua aspek ini tersirat di dalam karyanya. Jadi pembacanya bisa dengan bebas melakukan interpretasi terkait aspek ekonomi dan politik yang menjadi latar belakang pembuatan karya.

Unsur intrinsik dan ekstrinsik yang telah disebutkan di atas bisa dijadikan panduan dasar untuk memahami sebuah karya sastra. Perbedaan keduanya pun cukup jelas jadi Anda tidak perlu takut salah memahaminya.

Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik: Pengertian, Pembagian dan Fungsinya