Sunan Ampel : Biografi, Nama Asli, Kisah, Sejarah, Letak Makam Sekolahnesia

SUNAN AMPEL : Biografi, Nama Asli, Kisah, Sejarah, Letak Makam

Biografi Sunan Ampel – Sunan Ampel adalah salah satu anggota dari Sembilan Wali atau sering disebut Walisongo. Beliau sangat berjasa dalam perkembangan dan penyebaran agam Islam di Indonesia, terutama di Pulau Jawa. Beliau juga mendapat gelar sebagai bapak dari para wali, karena dengan jasanya maka banyak terlahir pendakwah untuk menyebarkan agama Islam kelas satu yang ada di Pulau Jawa.

Nama asli beliau yaitu Raden Rahmad, kemudian mendapat gelar dengan sebutan sunan karena mandatnya menjadi seorang wali. Sedangkan nama Ampel Denta atau Ampel yaitu berasal dari nama tempat tinggalnya yang letaknya dekat dengan kota Surabaya.

Biografi Sunan Ampel

Biografi Sunan Ampel

Raden Rahmat dilahirkan tepatnya di Champa, pada tahun 1401 Masehi. Menurut para ahli dari beberapa sejarah merasa kesulitan bagaimana menentukan Champa. Hal itu disebabkan, karena memang sampai saat ini belum ada pernyataan secara tertulis ataupun prasati yang menyatakan bahwa Champa tersebut berada di kerajaan Jawa atau Malaka.

Raden Rahmat merupakan salah satu putra dari Maulana Magribi atau Maulana Malik Ibrahim, kemudian mendapat sebutan Sunan Ampel yang lebih dikenal oleh masyarakat luas. Sedangkan ibunya bernama Dewi Chandra Wulan, yaitu salah satu saudara kandung Putri Dwarawati Murdiningrum, ibu dari Raden Fatah atau seorang istri raja Majapahit Parbu Wijaya V.

Sunan Ampel Sendiri memiliki dua istri, istri pertama Dewi Karimah dan yang kedua bernama Dewi Chandrawati. Pernikahan antara Sunan Ampel dan istri pertamanya yaitu Dewi Karimah, dikaruniai 2 anak diantaranya, Dewi Murtasih seorang istri Raden Fatah dan merupakan sultan yang pertama kali di kerjaan Islam Demak Bintoro.

Sedangkan anak keduanya yaitu Dewi Murtasimah (seorang istri dari Raden Paku atau sering dikenal dengan sebutan Sunan Giri). Pernikahan kedua dengan istri yang bernama Dewi Chandrawati yaitu dikarunia 5 orang anak, diantaranya Siti Syare’at, Siti Sofiah, Siti Mutmainah, Raden Maulana Makdum, Sunan Bonang atau Ibrahim dan Raden Kosim (Syarifuddin) atau dikenal dengan Sunan Drajad.

Nama Asli Sunan Ampel

Nama Asli Sunan Ampel

Menurut sejarah, bahwa beliau lahir di Champa sekitar tahun 1401 Masehi. Ketika beliau masih kecil, memiliki nama panggilan Sayyid Muhammad’ Ali Rahmatullah. Namun setelah dewasa dan pindah ke Jawa Timur maka beliau harus berbaur dengan masyarakat. Di tempat baru tersebut, beliau mendapat panggilan baru pula yakni Raden Rahmat.

Setelah beliau mulai menyebarkan ajaran agama Islam, maka beliau masuk ke dalam golongan wali dan dipanggil dengan nama Sunan Ampel. Nama tersebut yang hingga kini melekat di pikiran masyarakat umum, terutamamereka yang memeluk agama Islam.

Jika dilihat dari tempat kelahirannya, dapat dikatakan bahwa beliau merupakan salah satu wali yang berasal dari luar Nusantara. Meskipun mengalami perbedaan daerah dan juga tradisi yang dianut. Hal itu tidak menyulitkan Raden Rahmat dalam berbaur dengan warga Jawa tersebut, terutama dalam menyebarkan syariat Islam.

Bahkan beliau di aggap sebagai salah satu sesepuh dari anggota Walisongo. Akan tetapi ada sebuah teori yang menyampaikan bahwa Champa merupakan salah satu daerah yang berada di Provinsi Aceh. Pendapat tersebut dikemukakan oleh Raffles. Beliau menyampaikan bahwa Champa dahulu yaitu Jeumpa yang ada di Aceh.

Namun pendapat tersebut juga tidak terlalu kuat dan masih perlu untuk digali lagi agar memperoleh dukungan yang lebih kuat dan objektif mengenai asal usul tersebut.

Perjalanan Dakwah di Pulau Jawa

Perjalanan Dakwah Di Pulau Jawa

Raden Rahmat atau Sunan Ampel merupakan ulama besar yang pernah ada di Nusantara. Beliau menjadi salah satu pendakwah ajaran agama Islam yang paling masyhur di Pulau Jawa. Beliau sangat berjasa dalam perkembangan Islam, sehingga Islam dapat dikenal secara luas dan di terapkan hingga saat ini.

Ketika perjalanan Menuju Trowulan, saat itu merupakan ibukota dari Majapahit, beliau harus singgah terlebih dahulu di Tuban dan juga Palembang. Persinggahan yang dilakukan oleh Raden Rahmat tersebut tidak terkecuali untuk menyebarkan ajaran agama Islam di kalangan masyarakat. Setibanya beliau di Majapahit, hal yang dilakukan beliau yaitu berdakwah.

Di dalam catatan sejarah, peristiwa tersebut merupakan titik balik kepercayaan masyarakat di Majapahit.  Kehadiran Raden Rahmat banyak merubah kepercayaan masyarakat, yang tadinya beragama Hindu, kemudian berpindah ke agama Islam. Dalam mengenalkan ajaran Islam di dalam masyarakat umum, para wali memiliki cara dan metode yang berbeda.

Sunan Ampel memiliki metode yang cukup unik dalam menyebarkan ajaran Islam. Dengan metode yang diterapkan, maka agama Islam dapat diterima oleh semua kalangan dan berkembang pesat di Indonesia, terutama di tanah Jawa.

Makam Sunan Ampel

Makam Sunan Ampel

Makam yang memiliki nama asli Raden Muhammad Ali Rahmatullah yaitu berada di bagian barat masjid . Untuk menuju ke makam, maka Anda harus melewati 9 gapura. Gapuro yang berjumlah sembilan yaitu sesuai dengan jumlah arah mata angina, yang melambangkan mengenai sembilan wali atau Walisongo.

Dari kesembilan jumlah gapura, ada tiga gapura yang masih memiliki bangunan asli dari peninggalan beliau. Makam tersebut juga bersebelahan dengan makam istri pertamanya yaitu Nyai Candrawati. Beliau merupakan salah satu keturunan dari Raja Brawijaya V pada pemerintahan Kerajaan Majapahit. Metode Dakwah yang  Diterapkan untuk menyebarkan ajaran agama Islam

Perbedaan antara keberagamaan dan sosiologis masyarakat tentu menjadi faktor tantangan tersendiri dalam berdakwah bagi Raden Rahmat. Namun, karena kecerdasannya yang dimiliki maka beliau mampu menemukan metode dakwah yang tepat. Metode yang digunakan Sunan Ampel dalam berdakwah berbeda dengan metode yang digunakan wali-wali yang lain.

Salah satunya yaitu menggunakan pendekatan dengan menerapkan pembaharuan dalam menghadapi masyarakat di kelas menengah ke bawah. Namun, beliau akan menggunakan metode pendekatan penalaran logis dan intelektual ketika menghadapi masyarakat yang lebih melek dan mengutamakan pendidikan atau kaum cendekia.

Metode kedua yang digunakan Raden Rahmat dalam berdakwah yaitu menggunakan metode seni dan budaya. Metode inilah yang menjadi keunggulan dari Raden Rahmat dalam menyebarkan agama Islam. Meskipun para wali yang lain pun juga mengaplikasikan seni dan budaya dalam menyebarkan Islam, namun pada masa Raden Rahmat masyarakat masih sangat buta terhadap ajaran agama Islam.

Beliau cenderung lebih banyak menggunakan pendekatan secara intelektual. Metode yang beliau terapkan yaitu dengan memberikan wacana secara intelektual dan diskusi cerdas, kritis dan mampu diterima akal manusia. Hal itu yang membuat dakwah yang diberikan oleh Raden Rahmat lebih berkesan dan mudah untuk diikuti.

Jika dilihat dari sisi lain, maka dari segi budaya merupakan salah satu media fakta  dan alternatif yang tidak bisa dibantah secara serampangan. Dapat dilihat secara jelas, bahwa Sunan Kalijaga merupakan salah satu wali yang menyebarkan agama Islam dengan menggunakan pendekatan senin. Dengan begitu masyarakat lebih tertarik dan mudah menerapkan pembelajaran yang diterima.

Dengan metode seni, maka masyarakat awam menjadi lebih tertarik dengan agama Islam. Meskipun mereka belum mengetahui secara luas mengenai ajaran agama, namun dengan seni tersebut mereka lebih mudah untuk menerima Islam dan lebih terbuka untuk menerima hukum-hukum Islam yang ada. Akan tetapi pendekatan seperti ini lebih tepat diterapkan pada pada masyarakat menengah ke bawah.

Berbeda jika objek dakwahnya yaitu masyarakat kalangan menengah ke atas atau kalangan intelektual, maka metode yang tepat untuk diterapkan yaitu dengan menerapkan metode yang ditempuh oleh Sunan Ampel. Berdakwah dengan menggunakan jalur intelektual, maka dapat membuka pemikiran masyarakat untuk bisa menerima ajaran Islam sebagai agama yang mampu diterima nalar manusia.

Selain itu, yang membuat Sunan Ampel sangat disegani oleh masyarakat yaitu karena beliau sangat konsisten dan cukup independent di dalam posisinya sebagai seorang ulama besar. Beliau tidak memiliki ikatan dengan siapapun , baik penguasa atau kerajaan setempat, jadi niat dakwah beliau hanya semata-mata untuk mendapatkan Rindho Allah SWT.

Masjid Ampel Merupakan Tertua Urutan Ketiga Di Indonesia

Masjid Ampel Merupakan Tertua Urutan Ketiga Di Indonesia

Raden Rahmat pada tahun 1481 di Kota Demak. Beliau dimakamkan tepat di sebalah barat masjid. Masjid Ampel didirikan sekiar tahun 1421 di wilayah Kerajaan Majapahit. Jika dilihat dari bentuk bangunannya, maka arsitekturnya mengikuti Jawa kuno dan dirancang dengan nuansa Arab yang cukup kental.

Masjid Ampel yaitu masjid Terbesar  kedua di Kota Surabaya hingga tahun 1905. Menurut sejarah, bahwa masjid Ampel merupakan salah satu tempat untuk berkumpul para ulama besar dan para wali Allah. Dalam perkumpulan tersebut selalu ada pembahasan mengenai penyebaran agama Islam di Pulau Jawa.

Saat ini masjid Ampel selain digunakan sebagai tempat dakwah dan beribadah, juga merupakan salah satu tujuan tempat wisata realigi dan Ziarah yang ada di Kota Surabaya. Bahkan dapat dipastikan, jika setiap hari masjid Ampel selalu ramai dengan pengunjung.

Struktur bangunan masjid dirancang menggunakan tiang-tiang penyangga dengan ukuran yang tinggi dan besar. Selain itu, di bagian langit-langit masjid menggambarkan suatu keterkaitan kemampuan di dalam melintasi suatu zaman.

Masjid Ampel telah tiga kali mengalami renovasi untuk perluasan yaitu ketika tahun 1926, 1954 dan 1972. Dengan semakin luas bangunan masjid, tentunya dapat menampung jamaah lebih banyak. Luas bangun masjid mencapai 1.20 meter persegi dengan panjang dan lebar, 120 meter dan 11 meter.

 Ajaran Sunan Ampel yang Paling Fenomenal

 Ajaran Sunan Ampel Yang Paling Fenomenal

Raden Rahmat berusaha untuk memperbaiki kerusakan akhlak masyarakat yang terjadi pada masa itu. Sehingga beliau membuat suatu langkah dimana tujuannya untuk memberikan pengajaran yang tepat pada masyarakat. Ajaran Raden Rahmat yang cukup terkenal dan masih diterapkan hingga kini yaitu Moh Limo atau Mohmo.

Kata tersebut memiliki arti, dimana masyarakat tidak akan melakukan 5 hal buruk yang menjadi larangan agama Islam. Lima hal tersebut diantaranya adalah moh mabok, moh madon, moh main, moh maling dan moh madat. Ajaran ini menjadi pedoman penting dalam dakwah yang diajarkan oleh Raden Rahmat. Karena secara bertahap beliau mampu menyadarkan dan memperbaiki akhlak masyarakat.

Moh mabok artinya tidak ingin meminum minuman keras. Moh main artinya tidak ingin melakukan berbagai jenis judi seperti togel, sabung ayam dan lainnya. Moh madon artinya tidak ingin melakkan perbuatan zina. Moh madat artinya tidak ingin mengkonsumsi atau menggunakan obat-obatan terlarang, apapaun jenisnya. Sedangkan moh maling artinya tidak ingin mencuri barang milik orang lain.

Dengan ajaran agama yang diterapkan oleh sunan Ampel, maka akhlak masyarakat mampu dirpebaiki. Hal itu yang membuat para petinggi menjadi kagum pada masa itu. Salah satunya yaitu Prabu Wijaya atau petinggi kerajaan cukup simpati dengan ajaran agama Islam yang diterapkan Raden Rahmat. Beliau sangat senang dan bangga atas hasil ajaran dari Raden Rahmat.

Prabu Wijaya beranggapan bahwa dari ajaran yang diterapkan oleh Raden Rahmat, maka tersiarlah ajaran agama Islam yang mengandung budi pekerti mulia. Prabu pun tidak akan merasa terancam dengan apa yang diterapkan oleh Raden Rahmat. Namun sayangnya, Prabu tidak bersedia masuk Islam dengan alasan ingin menjadi Raja Budha Majapahit yang terakhir.

Karena akhlak Raden Rahmat yang sangat halus, maka beliau diizinkan untuk menyebarkan ajaran Islam di wilayah Surabaya bahkan di wilayah kerajaan Majapahit pada masa itu. Dalam hal itu, tidak ada suatu pemaksaan untuk mengikuti ajaran Raden Rahmat. Beliau juga menjelaskan bahwa di dalam agama Islam tidak ada suatu pemaksaan dalam beragama.

Sunan Ampel Merupakan Sesepuh Para Wali

Sunan Ampel Merupakan Sesepuh Para Wali

Raden Rahmat bukan penduduk asli Jawa. Namun, sesudah ayahnya wafat kemudian beliau diangkat menjadi salah satu sesepuh Walisongo. Dalam hal ini, maka beberapa murid beliau termasuk salah satu putranya yaitu menjadi pilar di dalam penyebaran agama Islam dan diangkat menjadi wali. Diangkatnya Raden Rahmat menjadi sesepuh , maka menjadikannya sosok yang sangat di hargai dan dihormati.

Apapun yang disampaikan oleh Raden Rahmat akan ditaati oleh masyarakat dan wali-wali lainnya. Hal itu termasuk pada saat beliau mengeluarkan fatwa perang dengan Kerajaan Majapahit. Selain itu, pada masa tersebut muncul sebuah berita dari orang yang membenci agama Islam. Dengan memutar balikkan suatu sejarah.

Mereka berpendapat bahwa Kerajaan Majapahit diserang Kerajaan Demak, yang kemudian Raden Fatah dan Raja Majapahit dianggap menjadi anak durhaka. Padahal faktanya tidak seperti itu, namun seandainya waktu tersebut Demak tidak menyerang Kerajaan Majapahit maka sudah pasti Portugis akan menyerang dan sudah pasti akan menjadi salah satu penguasa di Pulau Jawa.

Setelah Kerajaan Majapahit mengalami kekalahan, maka pusaka kerajaan kemudian di bawa ke Demak. Dalam hal itu termasuk dibawanya Raden Patah dan kemudian beliau diangkat menjadi salah satu Raja Demak I.

Murid- Murid Sunan Ampel

Murid- Murid Sunan Ampel

Dalam perjalanan dakwahnya, Raden Rahmat memiliki banyak murid. Beberapa murid dari Raden Rahmat bahkan menjadi wali di generasi selanjutnya. Namun, salah satu murid Raden Rahmat yang paling terkenal adalah Mbah Sholeh. Beliau adalah murid yang paling disayangi.

Beberapa catatan mengatakan bahwa Mbah Sholeh merupakan murid dari Raden Rahmat yang memiliki karomah dan keistimewaan yang luar biasa. Dalam satu kesempatan, Sunan Ampel mengatakan bahwa Mbah Sholeh hidup selama 9 kali. Entah apa maksudnya, namun beberapa orang waktu itu dikatakan melihat Mbah Sholeh hidup lagi setelah kematiannya.

Akan tetapi, cerita tersebut tidak bisa diyakini secara utuh keyakinannya dan barangkali tidak bisa dijadikan standar kesalehan seseorang. Hal ini diperkuat dengan Islam yang tidak mengenal adanya hal-hal yang berbau mistis dan terkesan takhayul.

Perbandingan Dakwah Antara Sunan Kalijaga dan Sunan Ampel

Perbandingan Dakwah Antara Sunan Kalijaga Dan Sunan Ampel

Raden Rahmat merupakan salah satu wali Allah dari sekian wali yang menghabiskan waktu hidupnya dijalan-Nya melalui berdakwah. Metodologi dakwahnya berbeda dengan yang diterapkan oleh Sunan Muria, Sunan Kalijaga atau sunan yang lainnya yang menggunakan metode seni-budaya dalam menyebarkan ajaran Islam.

Raden Rahmat lebih menggunakan metode intelektual dengan memberikan suatu pemahaman mengenai agama Islam. Beliau menerapkan metode tersebut melalui pendekatan intelektual dengan diskusi cerdas, kritis dan mampu dinalar oleh akal manusia. Cerita tersebut menjadi salah satu bukti sejarah yang dilakukan oleh Sunan Ampel.

Dialog antara Raden Rahmat dan biksu telah mengingatkan kita pada jawaban Nabi Ibrahim yang disampaikan kepada Raja Namrud. Pada saat beliau dituduh untuk menghancurkan tuhan-tuhan yang mereka sembah. Nabi Ibrahim pun menyampaikan bahwa,Tuhan paling besarlah yang melakukan perbuatan itu semua.

Perbedaanya, bahwa Raja Namrud tidak pernah bisa menerima atas kebenarnnya, meskipun sudah mengetahuinya. Pertanyaannya, mungkinkah seseorang dengan sekelas biksu mampu ditaklukan hanya melalui suatu pendekatan budaya? Jawabanya adalah bisa jadi, namun kemungkinan sulit. Urgensitas sebuah budaya dapat dijadikan sebagai alternatif media dakwah yang memang tidak bisa disangkal.

Sejarah pun telah membuktikan bahwa suatu pendekatan-pendekatan kultur-budaya yang diterapkan oleh Sunan Kalijaga membuahkan hasil yang cukup gemilang. Namun sejatinya, pendekatan kultur-budaya hanya saja relevan jika diterapkan untuk melakukan komunikasi terhadap masyarakat kelas bawah hingga menengah.

Sedangkan untuk berdakwah dengan obyek kelas menengah ke atas, maka sangat cocok jika menggunakan metodologi yang ditempuh oleh Sunan Ampel.  Dari dua metodologi yang diterapkan oleh Raden Rahmat mampu menciptakan kehidupan yang harmoni bagi ulama dan umara, antara kalangan pemerintahan dengan akar rumput.

Meskipun masih ada sekat-sekat yang membatasi antara masyarakat kelas atas dan kelas bawah. Namun, hal itu dapat tercapai semua tujuannya karena beliau adalah seorang pendakwah yang mempertaruhkan hidupnya hanya untuk berdakwah dan mengayomi seluruh umat Islam. Beliau selalu konsisten dan independen pada posisinya sebagai seorang ulama.

Beliau juga tidak pernah menyukai cara dengan memanfaatkan kekuasaan sebagai kendaraan dalam kegiatan dakwahnya. Maka tidak berlebihan jika beliau mendapatkan prototype yaitu sebagai seorang wali sejati. Kata wali sendiri memiliki pengertian “kekasih Allah” di dunia.  Beliau bukan seorang wali sebagai penguasa daerah setempat.

Sebagaimana mispersepsi dari sebagian pemerhati sejarah yang kemungkinan tidak mengakui dengan adanya wali Allah yang lainnya. Karena jika kita mau menurut sejarah, maka bisa menghasilkan suatu hepotesa seperti yang di atas. Namun terbukti, bahwa beliau sama sekali tidak ingin menggunakan sebuah kendaraan kekuasaan sebagai piranti dalam memuluskan dalam proses dakwahnya.

Jasa dan Keteladanan Sunan Ampel

Jasa Dan Keteladanan Sunan Ampel

Sunan Ampel yang memiliki nama asli Raden rahmat merupakan putra dari Sunan Gresik dari istri bernama Dewi Candrawulan. Raden Rahmat yaitu salah satu wali yang cukup populer dan sebagai penerus cita-cita sebagai perencana kerajaan Islam di Pulau Jawa.

Beliau memulai dakwahnya dengan mendirikan sebuah pesantren Ampel Denta yang letaknya dekat dengan Kota Surabaya. Oleh sebab itu, beliau dikenal sebagai seorang Pembina pondok pesantren yang pertama kali di Provinsi Jawa Timur. Di pesantren tersebut, Raden Rahmat mendidik pemuda Islam  untuk dijadikan tenaga dai yang nantinya akan disebarkan ke seluruh bagian Pulau Jawa.

Selain itu, Sunan Ampel juga tercatat menjadi seorang perancang kerajaan Islam yang pertama tepatnya berada di Pulau Jawa, yang pada saat itu ibu kotanya di Bintaro.

Fakta-Fakta Sunan Ampel

Fakta-Fakta Sunan Ampel

1. Raden Rahmat bukan asli orang Indonesia

Seperti yang telah disinggung di atas, bahwa Raden Rahmat lahir di Champa dan termasuk salah satu cucu dari raja Champa. Dari situlah dapat digaris bawahi, bahwa beliau bukan Orang asli Indonesia. Namun demikian, beliau sangat konsisten dalam menyiarkan agama Islam di tanah Jawa dan sekitarnya.

2. Kawasan  Kampung Arab

Hal yang sangat menarik di wilayah Ampel yaitu adanya Kampung Arab. Dimana pada kampung tersebut terdapat sebagian orang besar yang berkewarganegaraan Arab Yaman. Selain itu juga terdapat keturunan Cina yang sudah ratusan tahun berdagang pada wilayah tersebut. Suasana di kampung tersebut seperti keadaan di pasar Mekkah, Arab Saudi.

Sejarah itu tidak diketahui mengapa bisa demikian, kemungkinan karena terdapat suatu pengaruh semacam suatu penghormatan terhadap Raden Rahmat yang memiliki darah dan juga adat Timur Tengah.

3. Filosofi Moh Limo

Sunan Ampel  juga meninggalkan suatu ilmu yang sangat berharga bagi umat Islam di negeri ini yaitu yang dikenal dengan Moh Limo. Jika diartikan dalam bahasa Indonesia yaitu tidak ingin melakukan 5 hal  buruk yang dilarang oleh agama Islam. Untuk masing-masing penjelasannya sudah di bahas sebelumnya

Seperti yang telah kita ketahui, bahwa banyak pengunjung yang melakukan ziarah di makan Sunan Ampel. Jumlah peziarah akan semakin meningkat  ketika malam “Lailatul Qodar”, bahkan peziarah mencapai hingga 20 ribu orang. Dengan begitu, maka sudah pasti akan memberikan dampak positif bagi seluruh kalangan warga di sekitarnya.

4. Salah Satu Pangeran Kerajaan Champa

Sunan Ampel jika dilihat dari keturunannya merupakan keturunan ningrat, darah biru atau seorang pangeran. Tidak hanya itu saja, namun beliau juga merupakan ponakan dari Raja Brawijaya Majapahit. Meskipun statusnya demikian, maka tidak pernah membuatnya terlena atau takabur. Belaiu justru lebih giat lagi dalam menyiarkan ajaran agama Islam.

Bahkan hal itu yang menjadi dorongan kuat dalam menuntut ilmu yang lebih tinggi mengenai ajaran Islam. Hal tersebut sudah terbukti, bahwa beliau lebih banyak untuk memberikan dorongan dan pengaruh besar pada kalangan Kerajaan Majapahit pada masa itu.

Konon di wilayah desa Ampel Denta, dimana terdapat sebuah bangunan masjid yang merupakan salah satu tanah hadiah dari Raja majapahit. Tentunya tidak lepas karena jasa Sunan Ampel terhadap keluarganya untuk mendidik akhlak keluarga kerajaan sehingga lebih baik, beragama dan memilii ahlak yang mulia.

Sunan Ampel juga memiliki seorang kakak kandung laki-laki bernama Ali Murtadho, dimana beliau berasama sang ayah Maulana Malik Ibrahim atau sering dikenal dengan Sunan Gresik selalu menemani berdakwah jika mengharuskan keluar Pulau Jawa.

5. Sumur bersejarah berada di sekitar komplek masjid Ampel

Di sekitar komplek masjid Ampel ternyata terdapat sumur bersejarah. Namun sumur tersebut saat ini sudah ditutup dengan besi. Banyak orang di sekitar percaya, bahwa sumur tersebut memiliki kelebihan yaitu airnya seperti air zamzam di Mekkah.

Maka tidak heran jika para pengunjung yang datang selalu membawa air tersebut untuk dibawa pulang ke rumah. Di masjid Ampel tersebut disediakan banyak gentong dan berisi air yang dapat di maanfaatkan para pengunjung untuk diminum. Selain itu, pengunjung diperkenankan untuk mengambil air pulang ke rumah dengan menggunakan botol air minum.

Dari beberapa penjelasan yang disampaikan di atas, semoga dapat diambil hikmahnya. Bahwa seseorang yang selalu berkiprah di Jalan Allah akan selalu mendapatkan kemuliaan. Tidak hanya terjadi di dunia, namun hingga di akherat, bahkan ketika orang tersebut sudah meninggal. Hal itu dibuktikan oleh Sunan Ampel yang merupakan salah satu wali penyiar ajaran Islam di tanah Jawa. setelah anda mengetahui Sunan Ampel meninggal dimana? Siapa ayah dari Sunan Ampel? Sunan Ampel nama aslinya siapa dimakamkan di mana? anda di harapkan mengetahui sejarah penyebaran agama islam di indonesia ini.

SUNAN AMPEL : Biografi, Nama Asli, Kisah, Sejarah, Letak Makam

Tags:,