Sastra Indonesia : Pengertian, Bentuk Dan Jenis-Jenisnya Sekolahnesia

Sastra Indonesia : Pengertian, Bentuk dan Jenis-jenisnya

Sastra Indonesia – Merupakan satra yang di buat dari wilayah Indonesia sendiri, yang bahasa dasarnya adalah bahasa Melayu di mana Indonesia adalah salah satu turunan dari Melayu. Mari sahabat kita simak Sastra Indonesia Dari Lama Sampai Yang Terbaru sebagai berikut.

Sastra Indonesia Dari Lama Sampai Yang Terbaru

pilihanrakyat.id

A. Pengertian Sastra

Pengertian Sastra

Kata lengkapnya kesusastraan. Asalnya dari kata ke-susasra-an. Awalan su berarti baik, indah dan bagus.

Satra di bagi menjadi 2 yaitu

  1. Sastra lisan, Yaitu karangan yang di wujudkan dalam bentuk akrangan lisan
  2. Sastra Tulis, Yaitu Karangan yang di wujudkan dalam bentuk tulis

B. Bentuk sastra indonesia

Bentuk Sastra Indonesia

Menurut bentuknya sastra indonesia di bagi menjadi 4 yaitu :

1. Prosa , Yaitu karangan yang bentuknya bebas tapi bentuknya Terikat

Prosa di Bagi menjadi 2 Yaitu :

  • Prosa lama yaitu : dongeng cerita , hikayaat dan silsilah.
  • Prosa Baru : Novel, Cerit pendek, esai, biografi, otobiografi, roman, fragmen.

 

2. Puisi, yaitu karangan yang bentuknya terikat

Puisi di bagi menjadi 2 :

  • Puisi lama,bentuk terikat aturan tertentu yaitu : Sajak, irama, pantun
  • Puisi baru, lebih bebas, lebih mementingkan isi dan bahasanya menuju inti kata

 

3. Prosa liris, yaitu karangan yang bentuknya antara prosa dan puisi.

Boleh di katakan prosa liris adalah puisi yang di tuliskan dalam bentuk prosa

 

4. Drama yaitu karangan yang berbentuk skenario unruk di pentaskan / di sandiwarakan.

Drama juga di sebut sandiwara, tonil / lakon

 

5. Dongeng

Dongeng merupakan bentuk prosa lama.

Dongeng dibagi menjadi 5 yaitu :

  • Dongeng Lucu

Dongeng lucu adalah sesuatu yang menceritakan tentang kelucuan seseorang

Contoh : Abu nawas, Kabayan, Pak Belalang

  • Legenda

Legenda adalah dongeng tentang asal usul tempat

Contoh :  Asal mula gunung tangkuban perahu, asal mula danau toba, dll

  • Fabel

Fabel adalah dongeng binatang yang bisa berbicara

Contoh : Dongeng  si kancil

  • Sage, adalah dongeng mengandung undur sejarah.

Contoh : Lutung kasarung, Damar wulan

  • Mite, adalah dongeng yang berhubugan dengan kepercayaan masyarakat

Contoh : Nyi roro kidul

 

Pantun

Pantun

Pantun adalah puisi lama asli indonesia. Ciri – cirinya sebagai berikut :

  1. Pantun terdiri dari 2 bagian. Bagian pertama adalah pengantar yang di sebut sampiran, bagian ke dua merupakan isi pantun.
  2. Bersajak si;ang ; jika 4 bait bersajak abab
  3. Tiap bait terdiri dari 4 kata
  4. Pantun Kilat(Karmina) tiap bait terdiri dari 2 baris
  5. Pantun empat seuntai tiap bait terdiri dari 4 baris
  6. Talibun : Tiap bait terdiri dari 6, 8, 10, 12 baris dengan bersajak silang abcabc, abcdabcd, abcdeabcde, abcdefabcdef.

Menurut isinya pantun di bagi menjadi 3 yaitu :

1. Pantun anak ayam

Contoh :

Ayam kinantan terbang Mengekas,

Hinggap di ranting bi;ang-bilang.

Melihat bunda pulang lekas

Hatiku bear bukan kepalang.

 

2. Pantun Remaja

Contoh :

Bakar api di dalam sekam

Sekam di simpoan dalam perahu,

Kita berkasih diam-diam

Jangan sampai ada orang yang tahu

 

3. Pantun Orang tua

Contoh :

Dahan patah kayu berduri,

Kepayang tumbuh dalam dulang.

Dagangan indah tak terbeli,

Sayang sungguh nyawa akan hilang

 

Syair

Syair

Syair adalah bentuk puisi lama. Kata Syair itu sendiri berasal dari bahasa Arab yaitu Syu’ur yang berarti perasaan. Dari kata syU‘ur itu kemudian muncul lagi kata lainnya yaitu -syi‘ru yang berarti PUiSi dalam

pengertian umum.

Ciri-ciri syair ialah :

  1. Tiap bait terdiri dari 4 baris
  2. Tiap baris terdiri dari 4 kata ( 8-16 ) suku kata
  3. Bersajak terus (aaaa)
  4. Berirama 2-2(–/–)
  5. Terdiri dari bebarapa bait.

Contoh syair :

Seri Negeri gelaran diberi

Sebuah pulau cantik berseri

Bernaung dibawah sebuah negeri

Raja berdaulatPaduka Seri

 

Lautnya biru pantainya indah

Makam Mahsuri lagenda sejarah

Puteri Melayu tak mudah menyerah

Tujuh keturunan dimakan sumpah

 

Pulau lagenda dimakan sumpah

Tujuh keturunan tamatlah sudah

Kini makmur melimpah ruah

Semua penghuni tersenyum megah

Puisi

Puisi

Bentuk-bentuk puisi baru adalah sebagai berikut :

  1. Sanjak dua seuntai disebut juga distikhon Setiap bait terdiri dari 2 baris
  2. Sanjak tiga seuntai disebut juga tersina Tiap bait terdiri dari 3 baris
  3. Sanjak empat seuntai disebut juga kuantren Tiap bait terdiri dari 4 baris
  4. Sanjak lima seuntai disebut juga kuin Tiap bait terdiri dari 5 baris
  5. Sanjak enam seuntai disebut juga sekstet Tiap baitterdiri dari 6 baris
  6. Sanjak tujuh seuntai disebut juga septum Tiap bait terdiri dari 7 baris
  7. Sanjak delapan seuntai disebut juga stanza Tiap bait terdiri dari 8 baris
  8. Soneta, betasal dari italia

Terdiri 14 baris dengan pola

  1. (2×4)+(2×3)
  2. (2×4)+(1×6)
  3. (3×4)+(1×2)
  4. (1×8)+(2×3)
  5. (1×8)+(1\4)+2
  6. (1×8)+(1×6)
  7. 1×4

Contoh Soneta:

       MENYESAL

Pagiku hilang sudah melayang,

Hari mudaku sudah pergi,

Sekarang petang datang membayang, Batang usiaku sudah tinggi.

Aku Ialai di hari pagi,

Beta lengah di masa muda,

Kini hidup meracuni hati,

Miskin ilmu, miskin harta.

Ah, apa guna kusesalkan,

Menyesal tua tiada berguna,

Hanya menambah luka sukma.

Kepada yang muda kuharapkan,

Atur barisan di hari pagi,

Menuju ke abah padang bakti!

(A.Hasmi) Dari : Pedoman Masyarakat

 

  1. Puisi bebas atau sanjak bebas, jumlah bait dan barisnya tidak teratur. Contoh :

          AKU

Kalau sampai waktuku

Ku mau tak seorang kan merayu,

Tidak juga kau,

Tak perlu sedu sedan itu

Aku binatang jalang,

Dari kumpulannya terbuang.

Biar peluru menembus kulitku

Aku tetap meradang mene

Luka dan bisa kubawa berlari,

Berlari

Hingga hilang pedih perih,

Dan aku akan lebih tidak perduli,

Aku mau hidup seribu tahun lagi.

(Chairil Anwar)

 

C. Periodisasi Sastra Indonesia

Periodisasi Sastra Indonesia

      Secara urutan waktu maka sastra Indonesia terbagi atas beberapa angkatan:

  • Angkatan Pujangga Lama                            ● Angkatan 1950-1960-an
  • Angkatan Sastra Melayu Lama                   ● Angkatan 1966-1970-an
  • Angkatan Balai Pustaka                               ● Angkatan 1980-1990-an
  • Angkatan Pujangga Baru                             ● Angkatan Reformasi
  • Angkatan 1945                                               ● Angkatan 2000-an

 

Pujangga Lama

Pujangga lama merupakan bentuk pengklasiflkasian karya sastra di Indonesia yang dihasilkan sebelum abad ke-20. Pada masa ini karya satra di dominasi oleh syair, pantun, gurindam dan hikayat. Di Nusantara, budaya Melayu klasik dengan pengaruh Islam yang kuat meliputi sebagian besar negara pantai Sumatera dan Semenanjung Malaya. Di Sumatera bagian utara muncul karya-karya penting berbahasa Melayu, terutama karya-karya keagamaan. Hamzah Fansuri adalah yang pertama di antara penulis-penuiis utama angkatan Pujangga Lama. Dari istana Kesultanan Aceh pada abad XVII muncul karya-karya klasik selanjutnya, yang paling terk’emuka adalah karya-karya Syamsuddin Pasai dan Abdurrauf Singkil, serta Nuruddin ar-Raniri

Angkatan Balai Pustaka

Angkatan Balai Pusataka merupakan karya sastra di Indonesia yang terbit sejak tahun 1920, yang dikeluarkan oleh penerbit Balai Pustaka. Prosa (roman, novel, cerita pendek dan drama) dan puisi mulai menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam dan hikayat dalam khazanah sastra di Indonesia pada masa ini.

Balai Pustaka didirikan pada masa itu untuk’mencegah pengaruh buruk dari bacaan cabul dan liar yang dihasilkan oleh sastra Melayu Rendah yang banyak menyoroti kehidupan pernyaian (cabul) dan dianggap memiliki misi politis (liar). Balai Pustaka menerbitkan karya dalam tiga bahasa yaitu bahasa Melayu-Tinggi, bahasa Jawa dan bahasa Sunda; dan dalam jumlah terbatas dalam bahasa Bali, bahasa Batak, dan bahasa Madura.

Nur Sutan Iskandar dapat disebut sebagai “Raja Angkatan Balai Pustaka” oleh sebab banyak karya tulisnya pada masa tersebut. Apabila dilihat daerah asal kelahiran para pengarang, dapatlah dikatakan bahwa novel-novel lndonesia yang terbit pada angkatan ini adalah “novel Sumatera”, dengan Minangkabau sebagai titik pusatnya.

Pada masa ini, novel Siti Nurbaya dan Salah Asuhan menjadi karya yang cukup penting. Keduanya menampilkan kritik tajam terhadap adatistiadat dan tradisi kolot yang membelenggu. Dalam perkembangannya, tema-teman inilah yang banyak diikuti oleh penulis-penulis lainnya pada masaitu.

Penulis dan Karya Sastra Angkatan Balai Pustaka:

Penulis Dan Karya Sastra Angkatan Balai Pustaka

1. Merari Siregar

Azab dan Sengsara (1920)

Binasa kema Gadis Priangan (1931)

Cinta dan Hawa Nafsu

 

2. Marah Roesli

Siti Nurbaya (1922)

La Hami (1924)

Anak dan Kemenakan (1956)

 

3. Muhammad Yamin

Tanah Air (1922)

Indonesia, Tumpah Darahku (1928)

Kalau Dewi Tara Sudah Berkata

Ken Arok dan Ken Dedes (1934)

 

4. Nur Sutan Iskandar

Apa Dayaku karena Aku Seorang Perempuan (1 923)

Cinta yang Membawa Maut (1926)

Salah Pilih (1928)

Karena Mentua (1932)

Tuba Dibalas dengan Susu (1933)

Hulubalang Raja (1934)

Katak Hendak Menjadi Lembu (1935)

 

5. Tulis Sutan Sati

Tak DiSangka (1923)

SengSara Membawa Nikmat (1928)

Tak Membalas Guna (1932)

Memutuskan Pertanan (1932) ‘

 

6. Djamaluddin Adinegoro

Darah Muda (1927)

Asmara Jaya (1928)

Abas Soetan Pamoentjak Pertemuan (1927)

 

7. Abdul Muis

Salah Asuhan (1928)

Pertemuan Djodoh (1933)

 

8. Aman Datuk Madjolndo

Menebus Dosa (1932)

Si Cebol Rindukan Bulan (1934)

Sampaikan Salamku Kepadanya (1935)

Angkatan 1945

Pengalaman hidup dan gejolak sosial-politik-budaya telah mewarnai karya sastrawan Angkatan ’45. Karya sastra angkatan ini lebih realistik dibanding karya Angkatan Pujangga baru yang romantik-idealistik. Karyakarya sastra pada angkatan ini banyak bercerita tentang perjuangan merebut kemerdekaan seperti halnya puisi-puisl Chairil Anwar. Sastrawan angkatan ’45 memiliki konsep seni yang diberi judul “Surat Kepercayaan Gelanggang”. Konsep ini menyatakan bahwa para sastrawan angkatan ”45, ingin bebas berkarya sesuai alam kemerdekaan dan hati nurani. Selain Tlga Manguak Takdir, pada periode ini cerpen Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma dan Atheis dianggap sebagai karya pembaharuan prosa lndonesia.

Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1945

Chairil Anwar

Kerikil tajam (1949)

Deru Campur Debu (1946)

Asrul Sani, Bersama Rivai, Alpin dan Chairil Anwar

Tiga Menguak Takdir (1950)

Idrus

Dari Ave amari ke Jalan Lain ke Roma (1948)

Aki (1949)

Perempuan Dan Kebangsaan

Achdiat

 

K. Miharja

Atheis (1949)

 

Trisno Sumardjo

Katahati dan Perbuatan (1962)

 

Utuy Tatang Sontani

Suling (drama) (1948)

Tambera (1949)

 

Suman Hs.

Kasih ta’ Terlarai (1961)

Mentjari Pentjuri Anak perawan (1957)

Percobaan Setia (1940)

Angkatan 1950-1960-an

Angkatan 50-an ditandai dengan terbitnya majalah sastra Kisah asuhan H.B. Jassin. Ciri angkatan ini adalah karya sastra yang didominasi dengan cerita pendek dan kumpulan puisi. Majalah tersebut bertahan sampai tahun 1956 dan diteruskan dengan majalah sastra Iainnya, Sastra.

Pada angkatan ini muncul gerakan komunis dikalangan sastrawan, yang bergabung dalam Lembaga Kebudajaan Rakjat (Lekra) yang berkonsep sastra realisme-sosialis. Timbullah perpecahan dan polemik ‘yang berkepanjangan di antara kalangan sastrawan di Indonesia pada awal tahun 1960; menyebabkan mandegnya perkembangan sastra karena masuk kedalam politik praktis dan berakhir pada tahun 1965 dengan pecahnya G308 di Indonesia.

Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1950 1960-an

Pramoedya Ananta Toer

Kranji dan Bekasi Jatuh (1947)

Bukan Pasar Malam (1951)

Di Tepi Kali Bekasi (1951)

Keluarga Gerilya (1951)

Mereka yang Dilumpuhkan (1951)

Perburuan (1950)

Cerita dari Blora (1952)

Gadis Pantai (1965)

 

Nh. Dini

Dua Dunia (1950)

Hati Jang Damai 1960

 

Sitor Situmorang

Dalam Sadjak (1950)

Djalan Mutiara: kumpulan tiga sandiwara . (1954).

Pertempuran dan Saldju di Paris (1956)

Surat Kertas Hidjau: kumpulan sadjak (1953)

Wadjah Tak Bernama: kumpulan sadjak (1955)

 

Mochtar Lubis

Tak Ada Esok (1950)

Jalan Tak Ada Ujung (1952)

Tanah Gersang (1964)

Si DjamaI (1964)

Marius Ramls Dayoh.

Putra Budiman (1951)

Pahlawan Minahasa (1957)

 

Ajip Rosidi

Tahun-tahun Kematian (1955)

Ditengah Keluarga (1956)

Sebuah Rumah Buat Hari Tua (1957)

Cari Muatan (1959)

Pertemuan Kembali (1961)

 

Ali Akbar Navis

Robohnya Surau Kami 8 cerita pendek pilihan (1955)

Bianglala kumpulan cerita pendek (1963)

Hujan Panas (1964)

Kemarau (1967)

 

Toto Sudarto Bachtiar

Etsa sajak-sajak (1956)

Suara kumpulan sajak 1950-1955 (1958.)

 

Ramadhan K.H

Priangan si Jelita (1956)

 

W.S. Rendra

Balada Orang-orang Tercinta (1957)

Empat Kumpulan Sajak (1951)

la Sudah Bertualang (1963)

 

Subagio Sastro Wardojo

Simphoni (1957)

 

Nugroho notosusanto

Hujan Kepagian (1958)

Rasa Sajange(1961)

Tiga Kota (1959)

 

Trisnojuwono

Angin Laut (1958)

Dimedan Perang (1962)

Laki-laki dan Mesiu (1951)

 

Toha Mochtar

Pulang (1958)

Gugurnya Komandan Gerilya (1962)

Daerah Tak Bertuan (1963)

 

Purnawan Tjondronagaro

Mendarat Kembali (1962)

 

Bokor Hutasuhut

Datang Malam (1963).

 

Angkatan 1966 1970-an

Angkatan ini ditandai dengan terbitnya Horison (majalah sastra) pimpinan Mochtar LUbis. Semangat avant-garde sangat menonjol pada ‘ angkatan ini. Banyak karya sastra pada angkatan ini yang sangat beragam dalam aliransastra dengan munculnya karya sastra beraliran surealistik, arus kesadaran, arketip, dan absurd. Penerbit Pustaka Jaya sangat banyak membantu dalam menerbitkan karya-karya sastra pada masa ini. Sastrawan pada angkatan 1950-an yang juga termasuk dalam kelompok ini adalah Motinggo Busye, Purnawan Tjondronegoro, Djamil Suherman, Bur Rasuanto, Goenawan Mohamad, Sapardi Djoko Damono dan Satyagraha Hoerip Soeprobo dan termasuk paus sastra Indonesia, H. B. Jassin.

Beberapa satrawan pada angkatan ini antara lain: Umar Kayam, Ikranegara, Leon Agusta, Arifin C. Noer, Darmanto Jatman, Arief Budiman, Goenawan Mohamad, Budi Darma, Hamsad Rangkuti, Putu Wijaya, Wisran Hadi, Wing Kardjo, Taufik Ismail, dan banyak lagi yang |ainnya

 

Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1966

Taufik Ismail

Sajak Ladang Jagung

Malu (Aku) Jadi Orang lndoneSia

Kenaikan

Tirani dan Benteng

Saya Hewan

BukuTamu Musim Perjuangan

Puisi-puisi Langit

 

Sutardji Calzoum Bachri

O

Amuk

Kapak

 

Abdul Hadi WM

Meditasi (1976)

Potret Panjang Seorang Pengunjung Pantai Sanur (1975)

Tergantung Pada Angin (1977)

Sapardi Djoko Damono Dukamu Abadi (1969)

Mata Pisau (1974) ‘

 

Goenawan Mohamad

Parikesit (1 969)

interlude (1 971 )

Potret seorang Penyair Muda Sebagai Si

Malin Kundang (1972)

Seks, Sastra. dan Kita (1980)

 

Umar Kayam

Seribu Kunang-kunang di Manhattan

Sri Sumarah dan Bawuk

Lebaran di Karet

Pada Suatu Saat di Bandar Sangging

Kelir Tanpa Batas

Para Penyayi

Jalan Menikung

 

Danarto

GodIob

Adam Makrifat

Berhala

 

Nasjah Djamin

Hilanglah si Anak Hilang (1963)

Gairah untuk Hidup dan untuk Mati (1968)

 

Putu Wijaya

Bifa Malam Bertambah Malam (1971)

Telegram (1973)

Stasiun (1977)

Pabrik

Grees

Bom

 

Djamil Suherman

Perjalanan ke Akhirat (1962)

Manifestasi (1963)

 

Titis Basino

Dia Hotel, Surat Keputusan (1963)

Lesbian (1976)

Bukan Rumahku (1976)

Pelabuhan Hati (.1978)

Pelabuhan Hati (1978)

Leon Agusta Monumen Safari (1966)

Catatan Putih (1975)

Di Bawah Bayangan Sang Kekasm (1978)

Hukla (1979)

 

Iwan Simatupang

Ziarah (1968)

Kering (1972)

Merahnya Merah (1968)

Keong (1975)

RT Nol/RW Nol

Tegak Lurus Dengan Langit

 

M.A Salmoen

Masa Bergolak (1968)

Parakitri Tahi Simbolon

Ibu (1969)

 

Chairul Harun

Warisan (1979)

 

Kuntowijoyo

Khotbah di Atas Bukit (1976)

Balfas

Lingkaran-lingkaran Retak (1978)

 

Mahbub Djunaidi

Dari Hari ke Hari (1975)

Wildan Yatim

Pergolakan (1974)

 

Harijadi S. Hartowardojo

Perjanjian dengan Maut (1976)

 

Ismail Marahlmin

Dan Perang Pun Usai (1979)

 

Wisran Hadi

Empat Orang Melayu

Jalan Lurus

 

Angkatan 1980-1990an

Karya sastra di indonesia pada kurun waktu setelah tahun 1980, ditandai dengan banyaknya roman percintaan, dengan sastrawan wanita yang menonjol pada masa tersebut yaitu Marga T. Karya sastra lndonesia pada masa angkatan ini tersebar luas diberbagai majalah dan penerbitan umum.

Beberapa sastrawan yang dapat mewakili angkatan dekade 1980-an ini antara lain adalah: Remy Sylado, Yudistira Ardinugraha, Noorca Mahendra; Seno Gumira Ajidarma, Pipiet Senja, Kurniawan Junaidi, Ahmad Fahrawie, Micky Hidayat, Arifin Noor Hasby, Tarman Effendi Tarsyad, NoorAiniCahya Khairani, dan Tajuddin Noor Ganie.

Nh. Dini (Nurhayati Dini) adalah sastrawan wanita Indonesia lain yang menonjol pada dekade 1980-an dengan beberapa karyanya antara lain: Pada Sebuah Kapal, Namaku Hiroko, La Barka, Pertemuan Dua Hati, dan Hati Yang Damai. Salah satu ciri khas yang menonjol pada novel-novel yang ditulisnya adalah kuatnya pengaruh dari budaya barat, di mana tokoh utama biasanya mempunyai konflik dengan pemikiran timur.

Mira W dan Marga T adalah dua sastrawan wanita Indonesia yang menonjol dengan fiksi romantis yang menjadi ciri-ciri novel mereka. Pada umumnya, tokoh utama dalam novel mereka adalah wanita. Bertolak belakang dengan novel-novel Balai Pustaka yang masih dipengaruhi oleh sastra Eropa abad ke-19 dimana tokoh utama selalu dimatikan untuk menonjolkan rasa romantisme dan idealisme, karya-karya pada era 1980an biasanya selalu mengalahkan peran antagonisnya.

Namun yang tak boleh dilupakan, pada era 1980-an ini juga tumbuh sastra yang beraliran pop, yaitu lahirnya sejumlah novel populer yang dipelopori oleh Hilman Hariwijaya dengan serial Lupusnya. Justru dari kemasan yang ngepop inilah diyakini tumbuh generasi gemar baca yang kemudian tertarik membaca karya-karya yang lebih berat.

Ada nama-nama terkenal muncul dari komunitas Wanita Penulis Indonesia yang dikomandani TItie Said, antara lain: La Rose, Lastri Fardhani, Diah

Angkatan Reformasi

Seiring terjadinya pergeseran kekuasaan politik dari tangan Soeharto ke BJ. Habibie lalu KH Abdurahman Wahid (Gus Dur) dan Megawati Sukarnoputri, muncul wacana tentang “Sastrawan Angkatan Reformasi”. Munculnya angkatan ini ditandai dengan maraknya karya-karya sastra, puisi, cerpen, maupun novel, yang bertema sosial-politik, khususnya seputar reformasi. Di rubrik sastra harian Republika misalnya, selama berbulan-bulan dibuka rubrik sajak-sajak peduli bangsa atau sajak-sajak reformasi. Berbagai pentas pembacaan sajak dan penerbitan buku antologi puisi juga didominasi sajak-sajak bertema sosial-politik.

Sastrawan Angkatan Reformasi merefleksikan keadaan sosial dan politik yang terjadi pada akhir tahun 1990-an, seiring dengan jatuhnya Orde Baru. Proses reformasi politik yang dimulai pada tahun 1998 banyak melatarbelakangi kelahiran karya-karya sastra -puisi, cerpen, dan novel ~pada saat itu. Bahkan, penyair-penyair yang semula jauh dari tematema sosial politik, seperti Sutardji Calzoum Bachri, Ahmadun Yosi Herfanda, Acep Zamzam Noer, dan Hartono Benny Hidayat dengan media online: duniasastra(dot)com -nya, juga ikut meramaikan suasana dengan sajak-sajak sosial-politik mereka.

Penulis dan Karya Sastra Angkatan Reformasi

WidjiThukul

Puisi Pelo

Darman

Angkatan 2000-an

Andrea Hirata salah satu novelis tersukses pada dekade pertama abad ke-21

Setelah wacana tentang lahirnya sastrawan Angkatan Reformasi muncul, namun tidak berhasil dikukuhkan karena tidak memiliki juru bicara, Korrie Layun Rampan pada tahun 2002 melemparwacana tentang lahirnya “Sastrawan Angkatan 2000”. Sebuah buku tebal tentang Angkatan 2000 yang disusunnya diterbitkan oleh Gramedia, Jakarta pada tahun 2002. Seratus lebih penyair, cerpenis, novelis, eseis, dan kritikus sastra dimasukkan Korrie ke dalam Angkatan 2000, termasuk mereka yang sudah mulai menulis sejak 1980-an, sepertiAfrizal Malna, Ahmadun Yosi Herfanda dan Seno Gumira Ajidarma, serta yang muncul pada akhir 1990-an, seperti Ayu Utami dan Dorothea Rosa Herliany.

D. Cybersastra

Cybersastra

Era internet memasuki komunitas sastra di Indonesia. Banyak karya sastra Indonesia yang tidak dipublikasi berupa buku namun termaktub di dunia maya (Internet), baik yang dikelola resmi oleh pemerintah, organisasi non-profit, maupun situs pribadi. Ada beberapa situs Sastra Indonesia di dunia maya semisal : duniasatra(dot)com.

 

Sastra Indonesia : Pengertian, Bentuk dan Jenis-jenisnya