Properti Tari Ulat Sagu – Wilayah Indonesia Timur khususnya Papua mengkonsumsi sagu sebagai makanan pokok mereka. ada ritual unik pada masa sebelum tanam dan sesudah panen yaitu pesta rakyat diiringi dengan tari ulat sagu. Tari ini bisa Anda temukan di Suku Asmat Papua dan hanya boleh dimainkan oleh kaum wanita saja. Nah, seperti apa properti tari ulat sagu saat pementasan berlangsung?
Properti Tari Ulat Sagu Khas Suku Asmat
Tari Ulat Sagu adalah bentuk visualisasi rasa syukur Suku Asmat kepada Tuhan mereka atas berkah panen yang diberkan. Suku Asmat percaya bahwa tarian ini adalah persembahan yang bisa membuat Tuhan mereka senang. Tuhan pun diharapkan akan terus memberikan keberkahan pada periode panen berikutnya. Kaum wanita akan memakai properti berikut ini saat mementaskan Tari Ulat Sagu:
1. Properti Tari Ulat Riasan Wajah
Tari Ulat Sagu hanya bisa dipentaskan oleh kaum wanita Suku Asmat. Kaum laki-laki tidak diperkenankan untuk ikut bergabung mementaskan tarian. Karena kegiatan bercocok tanam dan memanen adalah pekerjaan yang harus dilakukan oleh perempuan. Sedangkan kaum laki-laki bertugas untuk berburu di hutan.
Saat mementaskan tarian ini, penari wanita biasa mengenakan riasan wajah yang cukup sederhana. Mereka akan menggunakan cat putih untuk merias wajah. Cat inipun sangat unik dan alami. Karena cat putih ini dibuat dari zat kapur yang terdapat pada bagian cangkang kerang sungai. Cat putih akan dibalurkan membentuk pola khas Suku Asmat di bagian wajah mereka.
2. Properti Tari Ulat Mahkota Bulu Burung
Salah satu kostum yang sangat identik dengan adat istiadat suku-suku di Papua adalah mahkota bulu burung. Hal ini menggambarkan kedekatan mereka dengan alam. Biasanya penari Ulat Sagu akan mengenakan mahkota yang terbuat dari bulu burung kasuari. Bentuk mahkota sangat sederhana.
Biasanya ada beberapa helai bulu burung kasuari yang ditempelkan pada bagian depan. Mahkota ini adalah salah satu ciri khas upacara adat di Tanah Papua. Mahkota ini punya makna yang sangat mendalam. Suku Asmat memberikan penghormatan tertinggi mereka kepada alam yang sudah mau memberikan berkah berupa tumbuh-tumbuhan dan hewan buruan.
3. Properti Tari Ulat: Baju Adat
Baju adat untuk para penari Ulat Sagu ini bisa dibilang cukup sederhana. Kaum wanita akan mengenakan bawahan dan atasan. Baju bawahannya mirip dengan rok rumbai yang terbuat dari daun sagu. Baju atasannya juga mirip dengan kemben rumbai yang dibuat dari daun sagu.
Tapi seiring dengan masuknya budaya modern, para penari Ulat Sagu mulai mengkombinasikan pakaian pentas mereka. Ada beberapa wanita yang menggunakan kaos dan bawahan biasa saat menari. Tapi ada juga di saat-saat tertentu wanita melepaskan baju atasan mereka dan hanya memakai rok rumbai dari daun sagu saja.
4. Properti Tari Ulat : Tifa
Tari tak akan lengkap jika tidak dilengkapi dengan musik pengiring. Tari Ulat Sagu sendiri dilengkapi dengan musik pengiring yang dimainkan oleh kaum laki-laki. Tifa adalah alat musik yang digunakan untuk mengiringi Tari Ulat Sagu. Tifa adalah alat musik yang bentuknya mirip dengan kendang. Tifa terbuat dari kayu utuh yang telah dilubangi pada bagian tengahnya.
Uniknya lagi, tifa memiliki ciri khas yang unik pada masing-masing suku di Papua. Suku Asmat sendiri menggunakan tifa yang berbentuk bulat meramping di bagian bawahnya, mirip seperti gelas. Tifa di Suku Asmat biasanya dihiasi dengan ornamen-ornamen khas suku tersebut. Tifa digunakan untuk mengiringi Tari Perang dan juga Tari Ulat Sagu.
Properti Tari Ulat Sagu memang sangat sederhana. Tapi semua properti ini murni diambil dari alam indonesia yang mencerminkan kedekatan dan pemujaan Suku Asmat pada alam. Tari Ulat Sagu pun jadi salah satu budaya yang harus dilestarikan di Papua.
4 Properti Tari Ulat Sagu (Lengkap dengan gambar dan deskripsi)